“Aku bisa membuatmu menjadi apa saja. “Apa yang bisa aku buatkan untukmu?” Dia bertanya balik dengan suara yang jauh lebih lembut dan menghilangkan rambut yang menempel di dahi bulatnya. “Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa aku akan benar-benar merangkul seseorang yang tidak penting sepertimu?” Terkejut, dia mengepalkan tangan putihnya dan menghindari tatapan. Senyuman masam terlihat di bibir Jihak saat dia melihat matanya gemetar karena cemas. “Bodoh sekali jika memikirkannya. Bukankah kamu sudah tahu…? . "Siapa saya?" “… Aku tahu." "Beri tahu saya. "Siapa saya?" Ujung jari yang mengaitkan rambut di sekitar telinga bergerak melewati dagu dan turun ke leher Anda yang berdenyut, lalu meremasnya dengan lembut. Saat dia perlahan memberikan tekanan pada ujung jarinya dan membuatnya menatapnya lagi, tumitnya terangkat sedikit saat dia menarik napas. "Saya… . “Adikmu juga bisa membuatkanmu apa saja.” Sesuatu runtuh di mata wanita itu. Di matanya, yang seperti langit malam, semua bintang menghilang dan kegelapan kosong mulai terlihat. Jihak mengendurkan tangannya saat dia melihat mata gelap yang tidak bisa menghindari tatapannya itu memudar. Aku tidak akan lari lagi. Dia tahu secara naluriah. Perasaan ini, seperti menuangkan air hangat ke diri sendiri, jelas merupakan sebuah keinginan. Itu tidak seperti semburan nafsu. Ya, ini adalah keinginan. Saat aku mengakuinya, keinginan untuk memiliki seluruh dunia sebagai seorang wanita meluap-luap. “Jika aku tidak memilikimu… “Saya tidak punya pilihan selain menghancurkannya.”